transjakarta

beberapa minggu ini beberapa kali pergi meeting ke tempat client menggunakan transjakarta.

untuk berangkat menuju tempat aktifitas, gue menggunakan layanan transjakarta yang non-BRT, yang bukan bus rapid transit, yang bukan melaju di jalur khusus (busway), tapi yang lewat jalanan umum biasa.

bus non-BRT transjakarta ini ada yang bus besar seperti biasa bus transjakarta, dan ada yang minibus.
buat yang familiar dengan metromini/kopaja/kopami, bus minitrans ini besarnya seperti itu.

turun & naik non-BRT

ketika pertama kali naik bus non-BRT ini adalah, bingung, naiknya di mana, turunnya di mana. karena sebagai orang yang hidup di zaman kejayaan metromini, gue ga perlu pusing cari tahu di mana bus stop. karena metromini itu akan berhenti ketika elo lambaikan tangan untuk minta naik, atau ketuk-ketuk atap/kaca nya untuk minta turun.

ketika gue coba menyetop bus minitrans, sopirnya ngasih kode, sambil nunjuk ke arah lain dari jalan.
lalu gue telusuri arah yang dikode supir tersebut, sampai agak jauh bertemu dengan tiang bus stop.

ketika pertama kali turun pun, jadi nanya ke sopir, apa boleh turun depan situ, sambil nunjuk, ternyata ga boleh dan bus stop yang terdekat sudah lewat, jadilah turun jauh dari lokasi yang dimau.

bus non-BRT lewat di jalanan normal

aplikasi untuk transjakarta

akhirnya setelah itu mencoba menginstal aplikasi, yang waktu itu pakai aplikasi trafi.

aplikasi ini lumayan membantu untuk mengetahui titik-titik bus stop terdekat.
tapi sayangnya trafi sudah tidak support transjakarta lagi, dan sekarang aplikasinya adalah moovit.

namun aplikasi moovit ini bagai langit dan bumi dengan trafi, sangat banyak sekali iklannya, dan gue bilang : sangat mengganggu,

begitu juga informasi yang diberikan kurang informatif.
misal ketika dibutuhkan rute berpergian dari satu lokasi ke lokasi lain, dan ditunjukkan harus pakai bus apa, ganti bus apa, naik dari mana, turun di mana.
dan jadi masalah adalah ketika bus transjakarta yang ditunjukkan itu tidak diketahui apakah bus BRT apa bus non-BRT, atau bahkan mikrotrans (sejenis angkot / mikrolet)?
untuk pengguna tidak reguler, ini sangat-sangat membingungkan.
apalagi ketika titik bus stop berdekatan dengan halte transjakarta. jadi rancu apakah ini bus stop, atau harus masuk ke halte?

halte vs bus stop

yang namanya halte biasanya bentuknya ada atapnya, jadi bisa berteduh, baik dari panas ataupun hujan.

lalu yang namanya bus stop sebagian banyak ternyata bukan berbentuk halte, tapi memang hanya tiang dengan simbol bus stop.

bus transjakarta stop di halte

untuk beberapa lokasi memang susah dibuatkan halte, karena jalanan yang dilewati itu jalan kecil, tidak lebar. jadi ya ketika menunggu bus yang tidak sebentar, jadinya musti cari tempat berteduh, atau ya beneran bejemur seperti contohnya di terminal senen.
terminal senen ini sama sekali tidak ada tempat berteduh, ada warung, tapi ga ada teras untuk numpang berteduh.

waktu tiba kedatangan

biarpun sudah menggunakan aplikasi, waktu tiba kedatangan bus, lebih sering tidak tepatnya dari pada tepat waktu.

gue kemarin, sudah lebih cepat dari jadwal yang ditampilkan di aplikasi, tapi bus tidak kunjung datang setelah waktunya.
dan kedatangan berikutnya bisa lebih dari 30 menit!
bayangkan siang-siang kepanasan, atau kalau hujan tidak ada tempat berteduh.

rute & penomoran

rute beberapa bus/minitrans/mikrotrans transjakarta ini sungguhlah muter-muter. harafiah.

seperti kemarin gue naik mikrotrans, karena gue cek di aplikasi, dia lewat ke lokasi yang gue mau. eh ternyata gue menaiki rute yang bukan gue mau.
karena jalanan di tempat gue menunggu mikrotrans tersebut dilewati oleh mikrotrans yang berbeda rute untuk nomor yang sama 🤦.

begitu juga pemberian nomor bus, seperti ngasal aja.

ada 1P ada 1R, ada 14, ada M1, ada GR2.
kenapa ga diurut aja numerik, 1, 2, 3, 4? atau kalau mau ada hurufnya, ya seragam di belakang semua, atau di depan semua.

oh iya, beberapa waktu ini, banyak halte transjakarta yang lagi dipugar, sebagian besar dijadiin perahu 😂.

dari aplikasi tetap menunjukkan halte itu aktif, sehingga orang yang hendak menuju halte tersebut kecele. sehingga harus turun di halte berikut yang jaraknya kadang ampun ampunan.


One thought on “transjakarta

  1. halo saya juga pengguna tije nih. mungkin mau sharing² aja. kode tije yang pakai nomor (nomor 1 sampai 14) adalah 14 koridor utama yg transit di halte². sisanya itu adalah percabangan dari koridor² utama tadi dan biasanya jalurnya masih bersilangan dg koridor utama.

    misal: rute 8D (joglo-blok M), 8E (bintaro-blok M), dan 8A (harmoni-grogol) sebagian jalurnya memang “tumpang tindih” dengan koridor 8 (lebak bulus-harmoni). makanya rute 8A, 8D dan 8E tsb punya penomoran 8.

Leave a reply to Dimas CS Cancel reply